Posts

Showing posts from 2018

Dengan siapa

Adapun langit pecah, kemudian retakannya berjatuhan seakan puing-puing batuan yang hujan turun lepas Sembunyi dimana, berteduh kemana? Kakiku membeku antara sakit atau biasa saja aku tidak bisa bedakan, tidak berasa Hilang, aku akan hilang Lepas, kepalaku lepas Kemudian diam. Ketakutan atau Kelelahan. Menunggu hilang, inginnya, namun bukan itu jadinya Aku ada, penuh dahaga, terus gelisah, entah dimana ujungnya Aku tidak bisa hilang, aku akan selalu ada, dijatuhi runtuhan langit-langit, dikuliti sengatan terik matari. Aku ingin hilang, ingin. Ingin. Tidak ada lagi pahlawan, kecuali Tuhan dan pasukanNya Aku bagaimana? Aku dengan siapa?

tajam

Mata itu, mata yang melukai setiap penerima pandangnya Turunkan, turunkan .. harga BBM haha #edisigagaltotal

E-Mail atau Surat Kertas Biasa?

Beberapa orang lebih menyukai komunikasi menggunakan tulisan dibandingkan lisan. Saya sendiri termasuk satu dari segolongan manusia tipe ini.  "mending chat aja deh" atau "tunggu ya, aku tulis dulu aja," atau "aduuh takut salah ngomong, aku list dulu ya yang mau dipresentasiin besok!", atau "sudah, nanti baca suratku aja. susah ngomongnya." Selain bisa lebih fokus dan on point dalam berkomunikasi, sejauh ini ketika mengekspresikan diri menggunakan tulisan rasanya bisa lebih mendalam dan "tenang" sehingga pesan lebih mudah diterima. Lagian, kalau ngga paham, bisa dibaca ulang hahaa Belum lagi kalau kepingin nostalgia, bisa dibuka kapan pun kita mau.  Tapi, bukan berarti ngga menikmati komunikasi lisan.. Karena ngga ada yang bisa mengalahkan jumpa langsung dengan si empunya jiwa ;) Nah, sebagai penikmat tulis-menulis atau surat menyurat. Saya sempat berfikir, lebih menyukai e-mail atau surat yang diantar oleh pos ya? ...

Bulan Purnama

bulan, bulan purnama di angkasa biru.. bulan terang cuaca katakan padaku apakah yang kau lihat slalu  dari tempatmu yang tinggi katakanlah padaku,  aku ingin mengerti notes: Ini lagu lama sekali yang biasa dinyanyikan oleh Ibu saya pada jaman " ngga enak " dulu di rumah desa. Menurut saya sendiri, lagu ini sangat indah dari nada sederhananya maupun liriknya yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan eksistensial baru bagi diri saya sendiri. Bagaimana denganmu? Sudah pernah mendengarkan lagu ini sebelumnya? 

Trial and Error

Image
TOKOH: Edward Thorndike (1930)  Trial and Error ini merupakan salah satu teori mengenai proses belajar. proses belajar yang tepat menurut Edward Thorndike adalah proses belajar yang tidak sekedar memahami, tetapi juga harus   mengalami. tanpa adanya suatu pengalaman, seseorang tidak akan dapat melakukan sesuatu yang belum dipelajarinya. dan jika telah terjadi sebuah kesalahan (error), seseorang akan cenderung tidak mengulangi kesalahan tersebut dan semakin memahami akan hal yang seharusnya dilakukan agar tidak mengulang kesalahan. hal itulah yang menjadikan seseorang menuju tahap ahli. sebagai contoh, seorang anak kecil yang sedang belajar sepeda roda dua. anak tersebut akan dapat mengendarai sepeda roda dua dengan baik apabila terus berlatih (mengalami sebuah kejadian bersepeda sendiri) . sebaliknya, anak ini tidak akan dapat mengendarai sepeda dengan baik bila hanya belajar dengan cara membaca sebuah artikel "tata cara bersepeda yang baik" saja. ...

Oldefo dan Nefo

Hmm... gimana kalo belajar sedikit tentang politik? selain buat referensi bagi yang membutuhkan.. istilah nya menarik sih.. ayo cari tau artinyaa!  Penyimpangan politik luar negeri bebas aktif menjadi politik konfrontasi didasari oleh pandangan politik presiden akan adanya 2 kekuatan di dunia ini. (ih waawhh...) yaitu ,, oldefo  ( Old Emerging Forces ) : negara-negara kapitalis yang cenderung kolonialis nefo  ( New Emerging Forces ) : negara-negara antikapitalis dan antikolonialis ayo tebaak,, indonesia masuk yang mana? :p waktu itu Indonesia ikut politik nefo .. sehingga, Indonesia cenderung menjaga jarak dengan Blok Barat, dan sebaliknya menjalin hubungan erat dengan negara-negara Blok Timur dan komunis lainnya. Tindakan itu turut didorong oleh kenyataan campur tangan AS dalam pergolakan PRRI dan Permesta, juga oleh sikap pasif negara-negara Barat saat upaya pembebasan Irian Barat. Kemudian, politik Oldefo dan Nefo berkembang semakin radikal menjadi polit...
apa itu sempurna? jika bulat masih memiliki celah ditengahnya apa itu cinta? jika bias manusia masih mengisi kemurniannya

Hampa atau Tidak Hampa

Pertanyaanku mungkin pertanyaanmu pula, mengenai hidup atau mengenai makna yang pasti itu-itu saja. Coba kusederhanakan pertanyaannya.. "Apa itu aku?" Ada sebuah cerita ironi, tentang kamu yang ketakutan melihat angkasa karena menyadari ketidakterbatasan langit. Padahal, kamunya sendiri, tidak terbatas. Dirimu sendiri, memiliki keleluasaan yang sama tidak terbatasnya dengan kehampaan angkasa atau lapisan langit-langit. Pernah sejenak kunikmati udara malam yang kadang, mendadak, bau menyan. Selepas puas aku mengabsen Archenar, Rigil, Acrux, dan beberapa rasi.. Kututup kelopak mata dan melihat kehampaan yang sama. Keleluasaan yang sama. Aku menyatu dengan langit malam. Aku dan keleluasaanku. Kemudian muncul pertanyaan berikutnya, "Harus kuisi dengan apa.. Kehampaan dan keleluasaan yang Kau sematkan di rongga-ronggaku? " Sebuah rongga-rongga yang lepas dan tidak terbatas, tak ada yang bisa menjamah kecuali "aku". Rongga atau ruang yang, bisa jadi, disebut jiw...
Aku, Diam-diamku. Ingin, Sesekali, Menetap dalam ilusi. Mungkin tidak sedingin ini, Mungkin tidak sekeras ini, Mungkin tidak semenyedihkan ini. Ingin, Sejenak, Duduk menikmati ilusi duniawi. Namun, tidak sanggup dengan kemunafikannya, Namun, tidak tahan dengan kebodohannya, Namun, tidak kuasa memandang kekosongannya. Aku, Ingin. Tapi, Tapi, Tapi. .pp. walaupun sebenarnya ini tulisan munafik juga sih.. i mean, aku suka nonton spongebob juga .. so,

the unbreakable

Ada sebuah gelas yang tidak bisa pecah Kau panaskan di terik matahari pun tak retak atau memuai Kau jatuhkan ia dari atap apartemen puncak kertajaya pun tidak akan terbelah Bukan dari air, bukan juga tanah, udara, atau api Ia terbuat dari pengetahuan, keyakinan, dan doa, seimbang dan hanya berharap pada Pemilik Nirwana
Petikan senar gitar di teras menggema mengiri laju sang waktu Langit menyambut bintang dengan corak gelap, antara biru dan ungu Tidak akan kuusik ketenanganmu Akan ada, mungkin nanti, satu waktu Ketika terbangun dan tidak kau temukan lagi wujudku Semesta membawa berita Tentang ungkapan kasih matahari pada bulan melalui lembut cahayanya Tentang pelangi yang hanya sesekali menyapa pada saatnya Tentang kesabaran bumi mengiringi kehidupan manusia demi manusia Aku memahami dan meresapi keindahan beberapa sisinya Bukannya aku mengingkari nikmatMu, tapi.. jika hidup di dunia memang hanya sesaat saja Semoga terasa cepat dan dengan segala dayaku mampu membanggakanMu
"Kenapa kamu selalu meletakkan kertas kecil berbentuk bintang setelah kita selesai berbincang?" "Karena kamu selalu membuatku mengerti dan suasana menjadi terang." Bukan, bukan itu jawabannya..

menunggu hujan

kapankah waktu yang tepat itu? lampu demi lampu jalanan menyala menyambut senja redupnya menggantikan cahaya surya aku berhenti sejenak dan membaca pesan lawasnya di pinggir jalan raya kapankah waktu yang tepat itu? kotak-kotak kardus tersusun rapi isi kepalaku lain dengan langkahku yang terpaksa menepi reruntuhan di kota mati mungkinkah kuhidupkan kembali kapankah waktu yang tepat itu? pergantian hari menyayat hatiku tersapu pedang yang digenggam oleh sang waktu langkahku terhenti oleh lesung pipimu yang bersanding mengiringi frasa "aku menunggu" kapankah waktu yang tepat itu? setapak yang mengular menuju oase pelik menyerbu dada, resah atas kenyataan yang sedang berkamuflase percayalah, ini bukan cerita klise karena aku pernah ingin meleleh bersama bubuk jahe di kedai ronde kubenamkan diri, sudah lama kupunahkan egoisme kapankan waktu yang tepat itu? semesta menunjukkan kedua sisi, mikro dan makro lajurnya tidak goyah walaupun telah dirusak oleh ratusan torpedo dan tornado ...
Dilema Adalah sebuah kata yang mudah diucap. Di le dan ma Mudah bukan? Seperti senja Adalah sebuah hal yang dapat kamu temui setiap hari. Biasa bukan? Seperti itulah, hidup. Sederhana dan semua orang mengalaminya. Gampang kan?
Perumpamaan tidak lagi mampu menggambarkan kenyataan, ini terlalu rumit untuk dikonversikan menjadi kata-kata. Gambar, pola, dan angka mendominasi isi kepala namun tidak satupun kata dapat mendeskripsikan kondisi rasa dan logika yang terhambur tanpa permisi, segala kalkulasi menjadi tidak berarti, bahkan intuisi tidak lagi mampu memaknai. Sehingga, pada akhir hari ini, aku memilih untuk diam. Karena bukan kata yang mampu mengungkapkan, tapi mata. 

sebenarnya

kudengar suara dibalik senyum palsu perempuan itu kulihat suasana terang di wajah purnama malam itu cermin pun tak mampu menyerupai wajah wajah asli resah demi resah yang tertera oleh tinta di atas kertas debu dan waktu tidak memudarkan ketulusan yang teringkas dalam kata kata ketika tunas telah mejadi kokoh, ketika bumi telah setengah jalan berevolusi individu akan tetap pada keambiguannya, kebingungannya manusia manusia yang berusaha tidak goyah atas riuh resah hatinya pada kesalahan dan kebenaran ia berlompatan mendamba surga atau Tuhannya, terkadang mendamba dunia sampai waktunya tiba apakah akan kutemui disetiap sisi dimensi? ringan renyah obrolan hari ini senyum tipis yang hanya kunikmati sendiri sedikit kebahagiaan di tengah keresahan dan sepi sepenuh hati

million stars

Learn to love Learn to live Now we are more than just a kid We sure know how to pretend To be strong and up we stand Another spell Another year Let us fly, catch our dream You'll be alright You'll be alright You matter more than million stars Time will pass But we can't rest There's a part for us to take In this world, we are the lights Expand our horizons and our hearts ... .pp. It's okay you'll be fine - a home made song

arti sebuah nyawa

Berjuta teriakan yang tidak sampai di telingaku, dentuman yang getarannya terlalu jauh dari jantungku. Tidak buta hatiku, pilu atas luka-lukamu. Tidak lumpuh jemariku, mencari tahu kondisimu. Ditengah lalu lalang sore menikmati kenyamananku.. aku tau kecemasanmu, ketakutanmu, kesedihanmu, dan amarahmu. Mudah-mudahan lekas mampu diriku, memeluk luka-lukamu, walaupun sejenak saja .pp. Banyak perang.. Kenapa?
Kertas dalam genggaman yang tertahan nyaris sewindu Ribuan rintik hujan seperti menghitung mundur waktuku dan waktumu Bagaimana jika aku menyerah menahan diri? Lalu memilih sebuah opsi yang tidak pernah kusesali, menemuimu kembali

jawaban

Singa itu duduk sambil mengedipkan matanya sesekali, satu jam duduk disini berhadapan dengannya tanpa melakukan apapun mungkin membuatnya merasa nyaman dan menyadari bahwa kehadiranku bukan ancaman. Tapi, bisa jadi, makanan. Pagar ini seperti batas antara hidup dan matiku. Cuaca menyengat moodku hari ini, terang benderang dan suhu tidak bersahabat.. terlalu panas menurutku. Aku berhenti bermain Sudoku di ponsel karena kaget, battery tinggal 15 persen.. Bosan, kudekatkan diri ke pagar si Raja Hutan. Angin mungkin sedang bermain musik yang melodinya diluar kapasitas telingaku untuk mendengar, singa itu menghampiri. Ia menjawab "meong" ku, ia melihatku. Kata orang jangan tampakkan gigi karena itu tandanya tidak welcome. Aku mengatur nafas dan memandang matanya, semakin dekat semakin jelas dengkur nafasnya. Kemudian terhenti ia beberapa jengkal dari pagar tempatku menempelkan tangan, duduk dan menguap. Jantungku berdesir, antara bahagia dan ketakutan. Masih memandangnya dari jara...

setengah sadar

Sebuah kenyataan yang bahkan mungkin tidak sampai pada dimensi kenyataan karena tidak ada wujud dan suara pernyataannya, tapi apakah intuisi dan getaran kecil itu tidak cukup untuk menjelaskan yang disajikan untukku? Apakah yang tanpa bukti itu dengan mudah ditepikan ketulusannya? Apakah aku yang buta atau ini hanya norma buatan manusia yang sifatnya sementara? Mungkin partikel-partikel ini memang hanya bisa kunikmati sendiri, atau jangan-jangan kamu menikmatinya juga? Agar setidaknya, setidaknya, aku tidak gila sendiri

terburu waktu

jarak pandangku bukan keterbatasanku waktu mungkin, waktu.. cuma waktu yang membuatku berhenti bertanya kemudian berlari mengejar apapun itu yang bahkan secara teori masih tidak bermakna sebelum habis, waktuku, waktunya kupikir keleluasaan ini hanya keterbatasan yang ditransparankan makna yang mampu kuraih tidak akan sempurna, mungkin dipaksakan sejauh langkahku masih saja tetap dalam sangkar dunia hingga dalam diam, tersadar, bahwa hanya doa yang sampai pada ruang tak terhingga ada saat dimana aku menyerah pada ketidakmungkinan, aku dan keterbatasanku hanya bisa diam dan duduk saja,  semoga... .pp.  jangan lupa makan, jangan lupa berdoa sebelum makan. doain aku juga, kamu juga, semuanya..

close`confine

Kenapa kamu masih disitu? Kalau seharusnya hanya sekedar lalu? Bukankah tujuan akhirmu sudah tersusun rapi? Tapi kenapa duduk saja di depan rumahku? Apa yang kamu tunggu? Bagaimana mungkin kusambut kalau tujuan akhirmu bukan aku? Kalau bukan itu yang kamu cari, bisakah segera pergi? Sebelum aku lelah menutup diri, lalu keluar menghampiri, menemani yang tidak pasti. Lagi.