jawaban


Singa itu duduk sambil mengedipkan matanya sesekali, satu jam duduk disini berhadapan dengannya tanpa melakukan apapun mungkin membuatnya merasa nyaman dan menyadari bahwa kehadiranku bukan ancaman. Tapi, bisa jadi, makanan. Pagar ini seperti batas antara hidup dan matiku.
Cuaca menyengat moodku hari ini, terang benderang dan suhu tidak bersahabat.. terlalu panas menurutku. Aku berhenti bermain Sudoku di ponsel karena kaget, battery tinggal 15 persen.. Bosan, kudekatkan diri ke pagar si Raja Hutan. Angin mungkin sedang bermain musik yang melodinya diluar kapasitas telingaku untuk mendengar, singa itu menghampiri. Ia menjawab "meong" ku, ia melihatku. Kata orang jangan tampakkan gigi karena itu tandanya tidak welcome. Aku mengatur nafas dan memandang matanya, semakin dekat semakin jelas dengkur nafasnya. Kemudian terhenti ia beberapa jengkal dari pagar tempatku menempelkan tangan, duduk dan menguap.
Jantungku berdesir, antara bahagia dan ketakutan.

Masih memandangnya dari jarak yang rasanya cukup membahagiakan, kita dekat. Aku melayangkan pandang ke pepohonan, dedaunan, cabangnya, batangnya, teksturnya, beberapa retakan pada dirinya. Sepertinya angin masih bermain melodinya, rasanya sejuk walaupun sengatan matahari merusak keutuhan mood-ku.


"Singa.."
"..." apakah dia menjawab? mungkin dalam gelombang suara yang lain.
"Kamu lucu."
"..." mungkin dia tersenyum dengan caranya yang lugu.
"Sekarang aku tau, sing.." sejenak kita bertemu pandang, tidak ada yang bisa merasakan koneksiku dan dirinya saat itu, sangat sangat spesial. "Ada yang lebih ganas dari kamu.. atau pak buaya di rawa-rawa"
"..." ...
"Angkasa dan samudera" dia tidak memandangku, sibuk dengan denngkurannya "kamu bisa jinak, mereka tidak."
"..." ia melihatku, sekali lagi.. ada koneksi diantara kita walaupun terhalang jarak dan pagar.
"Iya.. betul. Hanya Tuhan saja yang bisa."
"..." aku tau dia bertanya, pertanyaan yang hanya kujawab dengan getir, berada diantara keyakinan dan keraguan.
"Apalagi jawabannya kalau bukan doa?" kesal karena merasa tidak bisa lagi berusaha, "Kalau memang tangan dan kakiku terikat oleh hukumNya, mau gimana lagi sing.. Sama seperti menjinakkan samudera atau angkasa, Tuhan jawabannya."
"..." ...
"Doa jawabannya"
"..." ia tidak mendengkur, hanya duduk dan memejamkan mata.
"Makasih ya sing.."


Kami tersenyum, dengan soundtrack yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa dan koneksi yang hanya bisa dinikmati oleh kami berdua.



.pp.
sebetulnya singa juga bisa jinak atas ijinNya sih.. tapi, kayanya lebih mudah karena bisa dikasih makan. kalau angkasa dan samudera.. kasih makannya gimana ya? hmm..

Comments

Popular posts from this blog

Trial and Error

Bulan Purnama