Posts

Showing posts from March, 2018

sebenarnya

kudengar suara dibalik senyum palsu perempuan itu kulihat suasana terang di wajah purnama malam itu cermin pun tak mampu menyerupai wajah wajah asli resah demi resah yang tertera oleh tinta di atas kertas debu dan waktu tidak memudarkan ketulusan yang teringkas dalam kata kata ketika tunas telah mejadi kokoh, ketika bumi telah setengah jalan berevolusi individu akan tetap pada keambiguannya, kebingungannya manusia manusia yang berusaha tidak goyah atas riuh resah hatinya pada kesalahan dan kebenaran ia berlompatan mendamba surga atau Tuhannya, terkadang mendamba dunia sampai waktunya tiba apakah akan kutemui disetiap sisi dimensi? ringan renyah obrolan hari ini senyum tipis yang hanya kunikmati sendiri sedikit kebahagiaan di tengah keresahan dan sepi sepenuh hati

million stars

Learn to love Learn to live Now we are more than just a kid We sure know how to pretend To be strong and up we stand Another spell Another year Let us fly, catch our dream You'll be alright You'll be alright You matter more than million stars Time will pass But we can't rest There's a part for us to take In this world, we are the lights Expand our horizons and our hearts ... .pp. It's okay you'll be fine - a home made song

arti sebuah nyawa

Berjuta teriakan yang tidak sampai di telingaku, dentuman yang getarannya terlalu jauh dari jantungku. Tidak buta hatiku, pilu atas luka-lukamu. Tidak lumpuh jemariku, mencari tahu kondisimu. Ditengah lalu lalang sore menikmati kenyamananku.. aku tau kecemasanmu, ketakutanmu, kesedihanmu, dan amarahmu. Mudah-mudahan lekas mampu diriku, memeluk luka-lukamu, walaupun sejenak saja .pp. Banyak perang.. Kenapa?
Kertas dalam genggaman yang tertahan nyaris sewindu Ribuan rintik hujan seperti menghitung mundur waktuku dan waktumu Bagaimana jika aku menyerah menahan diri? Lalu memilih sebuah opsi yang tidak pernah kusesali, menemuimu kembali

jawaban

Singa itu duduk sambil mengedipkan matanya sesekali, satu jam duduk disini berhadapan dengannya tanpa melakukan apapun mungkin membuatnya merasa nyaman dan menyadari bahwa kehadiranku bukan ancaman. Tapi, bisa jadi, makanan. Pagar ini seperti batas antara hidup dan matiku. Cuaca menyengat moodku hari ini, terang benderang dan suhu tidak bersahabat.. terlalu panas menurutku. Aku berhenti bermain Sudoku di ponsel karena kaget, battery tinggal 15 persen.. Bosan, kudekatkan diri ke pagar si Raja Hutan. Angin mungkin sedang bermain musik yang melodinya diluar kapasitas telingaku untuk mendengar, singa itu menghampiri. Ia menjawab "meong" ku, ia melihatku. Kata orang jangan tampakkan gigi karena itu tandanya tidak welcome. Aku mengatur nafas dan memandang matanya, semakin dekat semakin jelas dengkur nafasnya. Kemudian terhenti ia beberapa jengkal dari pagar tempatku menempelkan tangan, duduk dan menguap. Jantungku berdesir, antara bahagia dan ketakutan. Masih memandangnya dari jara...

setengah sadar

Sebuah kenyataan yang bahkan mungkin tidak sampai pada dimensi kenyataan karena tidak ada wujud dan suara pernyataannya, tapi apakah intuisi dan getaran kecil itu tidak cukup untuk menjelaskan yang disajikan untukku? Apakah yang tanpa bukti itu dengan mudah ditepikan ketulusannya? Apakah aku yang buta atau ini hanya norma buatan manusia yang sifatnya sementara? Mungkin partikel-partikel ini memang hanya bisa kunikmati sendiri, atau jangan-jangan kamu menikmatinya juga? Agar setidaknya, setidaknya, aku tidak gila sendiri